Senin, 16 September 2013

Pantai Wisata Rupat Utara


 
SELAIN memiliki pantai, Rupat Utara juga memiliki beberapa pulau, seperti Pulau Babi, Pulau Beruk yang sampai sekarang tak ada penghuninya. Keindahan pantai ini tak kalah menarik seperti Pantai Panjang Rupat Utara. Jika naik speedboat melintasi pulau itu, dari jarak beberapa ratus meter terlihat pasir putih menghampar. �Tidak tahu kenapa disebut Pulau Babi. Tapi katanya dari atas bentuknya terlihat seperti babi,� kata Agus Sofyan.

Tak jauh dari Pulau Babi, terlihat pulau sangat kecil yang juga dikelilingi pasir putih. Bahkan karena laut sedang surut, dari jauh terlihat pulau itu sebenarnya menyatu dengan Pulau Babi. �Yang kecil tu namanya Pulau Beting Aceh. Kata yang pernah ke sana memang pasir putihnya sangat bagus dan landai,� tuturnya.

Pulau Beruk juga disebut Pulau Pak Haji. Namun menelusuri Pulau Rupat seperti pergi ke tanah asing. Nyaris tidak seperti berada di Riau, atau Indonesia umumnya. Warna berbeda mulai terlihat ketika masuk ke perkampungan di Tanjung Medang. Rumah-rumah penduduk setempat, terutama dari etnis Tionghoa, terlihat unik dengan altar sembahyang mungil di halamannya. Belum lagi, kendaraan yang lalu-lalang bukan bermerek Indonesia.

Ketika tiba di Teluk Rhu sekitar pukul 12.00 WIB, air sedang surut. Terlihat hamparan pasir putih memanjang nyaris tak terlihat ujung pangkalnya. Saat surut, hamparan pasir yang terlihat landai lebarnya mencapai 50-an meter. Pasirnya putih dan padat. Bahkan pemuda setempat biasa menggunakannya untuk balap sepeda motor. Pantai yang membentang itu biasa disebut Pantai Pasir Panjang, karena bentuknya memanjang sekitar 13 Km. Pantai tersebut masuk wilayah Teluk Rhu dan Tanjung Punak. Kemudian sampai ke Desa Sungai Cingam yang masuk wilayah Rupat Selatan. Kalau sampai ke ujung Selat Morong, kata penduduk setempat, panjangnya mencapai 28 Km. Namun terputus oleh sungai-sungai kecil.

Di Teluk Rhu, ujung pantai ini ditandai dengan adanya menara suar. Namun sepanjang beberapa ratus meter dari menara, lanskap pantai tak lagi alami. Pemerintah sudah membangun turap beton dilapisi pecahan batu alam untuk menangkis ombak dan mengurangi abrasi. �Kalau tidak dibangun turap, rumah-rumah kami bisa tenggelam dimakan ombak,� kata penduduk setempat.

Namun pantai lainnya masih terlihat alami. Batas antara kawasan laut dan darat terlihat jelas, hanya dibatasi pasir dan rerumputan. Pepohonan kelapa yang berdiri kokoh di antaranya melengkapi keindahan pantai, yang disebut-sebut lebih indah dari pantai di Pulau Bali. Sisa-sisa air pasang terlihat dari sampah-sampah kayu yang tertinggal di bibir pantai. Beberapa kapal nelayan terlihat ditambatkan. Kalau air laut sedang surut, dari Teluk Rhu sampai ujung pantai yang ada di Tanjung Punak dapat dilewati sepeda motor.

Menurut Idrus (70), warga Desa Teluk Rhu, sebenarnya keberadaan pantai tersebut sudah diketahui banyak orang. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung pada waktu-waktu tertentu. Seperti saat tahun baru, libur nasional dan paling ramai pada Mandi safar. (esi)
 
Sumber:  http://www.riaupos.co/spesial.php?act=full&id=950&kat=4#.UjcYE39mjIU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar